S U G E N G R A W U H

Selamat Datang Di Halaman Kami

Monggo

Senin, 20 April 2009

Makalah Sosiologi Sem-II

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pembahasan mengenai  proses sosial yang mencakup ruang lingkup yang luas merupakan serangkaian studi sosiologi pada tingkat lanjutan, pengertrian tentang interaksi sosial sangat berguna didalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat, umpamanya di Indonesia dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara pelbagai suku bangsa atau antara golongan terpelajar dengan golongan agama.

Dengan mengetahui dan memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta memengaruhi bentuk-bentuk interaksi sosial tertentu, pengetahuan kita juga dapat pula disumbangkan pada udaha bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.[1] Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.

B.     Rumusan Masalah

Memberikan gambaran dan keterangan singkat mengenai interaksi dan tindakan sosial serta urgensinya.

 

C.      Tujuan Penulisan

Agar Mahasiswa memahami pentingnya interaksi/proses sosial dan tindakan sosial dalam masyarakat.

 

 

 

 

 

 

Bab II

PEMBAHASAN

A.     Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis  yang menyangkut hubungan antarra orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia[2].  Apabila dua orang beremu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam ini merupakanbentuk-bentuk interaksi sosial.

 Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda –tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya.semuaya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannnya.[3]

Faktor faktor yang menyebabkan berlangsungnya proses interaksi

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain: faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi misalnya, mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.

 Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negative dimana misalnya, yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.

Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh orang lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi, mengahmbat daya berpikirnya secara rasional.

Mungkin proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa sugesti mungkin terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar dari kelompok yang bersangkutan, atau masayarakat.

Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, karena kepribadian seseornag dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya (secara tidak sadar), maupun dengan disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya.

 Walaupun dapat berlangsung dengan sendirinya, proses identifikasi berlangsung dalam suatu keadaan dimana seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang menjadi idealnya) sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah yang berlaku pada pihak lain tadi dapat melembaga dan bahkan menjiwainya. Nyatalah bahwa berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam ketimbang proses imitasi dan sugesti walaupun ada kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti.

Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Inilah perbedaan utamanya dengan identifikasi yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati karena mempunyai kelebihan-kelebihan atau kemampuan-kemampuan tertentu yang patut dijadikan contoh. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan dimana faktor saling mengerti lebih terjamin.

Hal-hal tersebut merupakakn faktor-faktor minimal yang menjadi dasar  bagi berlangsungnya proses interaksi sosial, walaupun di dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks, sehingga kadang-kadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara faktor-faktor tersebut.[4] Akan tetapi , dapatlah dikatakan bahwa imitasi dan sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relative agak lebih lambat proses berlangsungnya.

  1. Tindakan Sosial

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

Seperti telah diuraikan bahwa manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang ditunjukkan dengan sifatsifat sosialnya dalam bentuk tindakan sosial, hubungan sosial, dan kerja sama untuk mencapai hasil dan prestasi bersama guna mengatasi kelemahan individual melalui pembentukan kelompok dan penyatuan kekuatan secara kompak.

Gejala yang menunjukkan bahwa manusia dan masyarakat dikategorikan makhluk dinamis, dalam arti selalu berkembang dan berubah, terwujud dalam salah satu aktivitasnya yaitu melakukan hubungan sosial. Hubungan antara sesama manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu nilai sosial budaya dan kelompok sosial.

Nilai sosial budaya berfungsi sebagai penggerak atau penyebab timbulnya hubungan sosial, sedangkan kelompok sosial merupakan hasil gerakan atau akibat dari gerakan tadi, dan dalam prosesnya saling mempengaruhi. Dalam prosesnya interaksi sosial mempunyai pola tertentu sebagai dasar perkembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial.

Bentuk interaksi sosial sebagai suatu pola, dipengaruhi dan dilatarbelakangi oleh aspekaspek sosial budayanya. Kebudayaan suatu masyarakat akan mempengaruhi perkembangan kepribadian setiap anggotanya yang diwujudkan dalam bersikap dan berperilaku. Sikap dan perilaku setiap anggota masyarakat yang merupakan cerminan dari kepribadiannya tampak atau terwujud dalam hubungan social beserta prosesnya. Dalam kaitannya dengan pembahasan tentang pola interaksi sosial, perlu diawali dengan pembahasan tentang pola tindakan atau pola perilaku, sehingga mempelajari dan memahami tentang pola interaksi sosial menjadi relatif mudah.

Dalam kehidupan seharihari kita sering mendengar istilah pola, seperti pola pakaian, pola pemukiman, dan sebagainya. Demikian pula dalam tindakan, setiap aspek yang berkaitan dengan tindakan atau kelakuan manusia sebagai anggota masyarakat mempunyai pola tertentu sesuai dengan sistem sosial yang berlaku di masyarakatnya. Pola adalah suatu bentuk dasar yang dijadikan model dan ditiru untuk membuat bentuk yang sama atau serupa.

Pola tindakan adalah suatu corak atau cara berpikir dan bertindak yang dilakukan berulangulang oleh banyak orang. Suatu peristiwa sosial disebut pola tindakan apabila bentuk tindakan tertentu dilakukan oleh setiap anggotakelompok/masyarakat dan diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

 

 Pola tindakan terdiri atas dua jenis, yaitu pola tindakan lahiriah dan pola tindakan batiniah. Pola tindakan lahiriah maupun pola tindakan batiniah mempunyai sifatsifat yang cenderung serasi dengan kebudayaan pada umumnya. Sifatsifat tersebut antara lain:

Pertama. Suatu pola tindakan dapat dilihat dan dapat diukur. Dapat dilihat artinya tampak dalam bentuk dan wujud tertentu sesuai dengan cara bersikap dan cara bertindak. Contoh: Dua orang berdiri berhadapan, saling mengulurkan tangannya ke depan secara bersamaan, telapak tangannya saling menempel atau saling menggenggam, dan biasanya disertai dengan wajah berseri.

Tindakan kedua orang tersebut menunjukkan pola tindakanpersahabatan. Hampir pada semua masyarakat di dunia, memaknai berjabatan tangan sebagai simbol asosiatif. Berbeda dengan orang yang saling mengacungkan tinjunya, tindakan mereka cenderung mengarah pada pola disosiatif. Dapat diukur artinya setiap pola tindakan yang tampak atau terlihat mempunyai makna tertentu.

Pola tindakan dipengaruhi oleh beberapa aspek, seperti: waktu, kondisi, alasan, bagaimana cara bertindak, dengan dan/atau kepada siapa tindakannya ditujukan. [5]

Contoh: Apabila di antara masyarakat Sunda berjabatan tangan dengan orang yang lebih tua atau dihormati, maka dia lebih dulu mengulurkan tangan, dilakukan dengan dua belah tangan yang dirapatkan, ditempatkan di sekitar dada, dan badan/tubuh sambil membungkuk, menampakkan air muka berseri atau ramah, bahkan dilakukan sambil mencium tangannya. Contoh lainnya: seseorang mengacungkan ibu jari/jempolnya, maknanya adalah tanda setuju atau pujian. Bila jempolnya dibalik (di arahkan ke bawah), mempunyai makna merendahkan atau menghina. [6]

Kedua. Dilakukan berulangulang; suatu tindakan yang sudah menjadi pola cenderung dilakukan secara berulangulang seperti dilakukan orang lain di lingkungan masyarakatnya dan generasi sebelumnya, sehingga menjadi suatu tradisi.

Tindakan yang berpola tersebut diperoleh melalui sosialisasi atau proses pembelajaran sejak seseorang mampu bereaksi dan berkomunikasi. Contoh: Seorang anak diajari orangtuanya melakukan berbagai tindakan, seperti: makan, mengambil, menerima dan/atau memberikan sesuatu kepada orang lain senantiasa menggunakan tangan kanannya.

Apabila anak tersebut diberikan sesuatu dan akan diterima dengan tangan kirinya, maka orangtua pada umumnya menahan pemberian tersebut sebelum tangan kanannya bereaksi ke arah benda yang akan diberikan tadi, bahkan sambil diperintahkan dan diarahkan agar diambil tangan kanannya. Tindakan tersebut terus dilakukan secara berulangulang, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang terpola. Pada akhirnya diharapkan akan selalu menggunakan tangan kanannya pada setiap melakukan suatu berbuatan yang dianggap baik.[7]

 

Bab III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain. Aktivitas interaksinya beragam, mulai dari saling melempar senyum, saling melambaikan tangan dan berjabat tangan, mengobrol, sampai bersaing dalam olahraga. Termasuk dalam interaksi sosial adalah chatting di internet dan bertelpon atau saling sms karena ada balas respon antara minimal dua orang didalamnya.

Tindakan sosial adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.

  1. Saran

Yang telah kami sajikan merupakan hal sangat kecil dan banyak terdapat kekurangan di sana sini, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman mahasiswa sangat kami harapkan terutama bimbingan dari Dosen.

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Soekanto, Soerjono, Sosiologi, Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta,

Gillin dan Gillin Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company, 195) ,

Soekanto,Soerjono “Faktor-faktor dasar interaksi sosial dan kepatuhan pada hukum. Hukum nasional, nomor 25,

Efendy, Rusman. 2007. Sosiologi 1 Kelas X SMA. Bandung: Rosda



[1] Soerjono Soekamto, Sosiologi, Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 54

[2] Gillin dan Gillin Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology, (New York: The Macmillan Company, 195) , hlm. 489

[3] Soerjono Soekamto, Sosiologi, Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 55-56

[4] Soerjono Soekanto, “Faktor-faktor dasar interaksi social dan kepatuhan pada hukum. Hukum nasional, nomor 25, 1987”

[5] Efendy, Rusman. 2007. Sosiologi 1 Kelas X SMA. Bandung: Rosda, hlm. 2

[6] Efendy, Rusman. 2007. Sosiologi 1 Kelas X SMA. Bandung: Rosda, hlm 3

[7] Efendy, Rusman. 2007. Sosiologi 1 Kelas X SMA. Bandung: Rosda hlm.6